Phane G-Ngaco

Jumat, 13 Agustus 2010

Potensi Geologi yang ada di wilayah banyumas

Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian Untuk Pertambangan Skala Kecil di Banyumas
Potensi Geologi yang ada di wilayah banyumas
Secara regional wilayah penyelidikan terletak di dalam zona fisiografi Pegunungan Serayu Selatan bagian barat.. Jalur ini memanjang dari Majenang sampai Pegunungan Manoreh di daerah Kulon Progo (Van Bemmelen, 1949). Di samping merupakan daerah pegunungan, daerah ini juga merupakan bagian dari cekungan Banyumas yaitu berupa cekungan belakang busur (back arc basin) Tersier sebagai akibat interaksi antara lempeng Samudra Hindia yang menunjam ke arah utara di bawah lempeng Asia. Berdasarkan fisiografi tektonik (Suyanto dan Y.R. Sumantri, 1977), bagian baratdaya daerah ini termasuk kedalam depresi dan tinggian Majenang, serta rendahan Wangon. Daerah kegiatan termasuk ke dalam fisiografi Pegunungan Selatan Pulau Jawa dengan topografi terdiri dari perbukitan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 80 m hingga 550 m dan daerah pedataran. Batuan penyusun daerah kegiatan terdiri dari bawah ke atas adalah batuan Formasi Pemali yang terdiri dari batulempung dan napal berumur Eosen, kemudian diatasnya diendapkan Formasi Rambatan yang terdiri dari batugamping dan konglomerat dengan sisipan napal – serpih berumur Oligosen; Formasi Halang yang terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, batulempung dan napal; Anggota Formasi Halang yang terdiri dari endapan turbidit berseling dengan breksi gunungapi bersusunan andesit dan batugamping berumur Miosen Tengah; Formasi Kumbang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tuf, batupasir tufaan berumur Miosen Atas; Formasi Tapak yang terdiri dari batupasir – batugamping dan breksi gunungapi berumur Pliosen dan endapan alluvium.
Stratigrafi daerah Gumelar dan sekitarnya yang merupakan bagian dari cekungan Banyumas umumnya terdiri dari batuan sedimen yang termasuk kedalam Formasi Halang (batupasir andesit, konglomerat tufaan dan napal yang mengandung sisipan-sisipan batupasir andesit) berumur Miosen Atas, ditutupi oleh anggota batugamping Formasi Tapak berupa lensa-lensa yang berlapis hingga masif, dan Formasi Tapak (batupasir berbutir kasar dan konglomerat, dibeberapa tempat terdapat breksi, di bagian atas terdiri dari batupasir gampingan dan napal). Disamping batuan-batuan tersebut di atas di daerah penyelidikan juga diendapkan batuan hasil gunungapi tak teruraikan (breksi, lava, lapili dan tufa dari G. Slamet), aluvium gunungapi (bongkah-bongkah andesit sampai basal) dan aluvium (lempung, lanau,
pasir dan kerikil). Sedangkan batuan terobosan diorit terletak disebelah selatan Ajibarang berdekatan dengan aliran Kali Tajum.
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini umumnya berupa sesar naik, sesar normal dan sesar geser dengan arah umum baratlaut - tenggara sampai timurlaut – baratdaya dan perlipatan berupa sinklin-antiklin dengan arah relatif barat-timur. Mineralisasi terjadi pada batuan breksi gunugapi, berupa urat-urat pirit halus yang mengisi rekahan.
Mineralisasi
Proses mineralisasi di daerah sekitar Karang Alang terjadi akibat orogenesa Plio-Pleistosen yang menyebabkan formasi-formasi batuan di cekungan Banyumas terlipat, tersesarkan, dan terintrusi sehingga membentuk pola struktur geologi yang rumit. Pola penyebaran intrusi dan pengaruh larutan sisa magma (hidrotermal) yang membawa sulfida-sulfida logam (pirit, kalkopirit, galena, arsenopirit, dll) dan mineral gangue (kuarsa, barit, topas, gipsum, sinabar, dll) yang diendapkan sebagai pengisian pada zona lemah atau penggantian (replacement) pada batuan samping (host rock) yang bertekanan lebih rendah. Penyebaran tempat-tempat bertekanan rendah atau koridor (channel way) yang berupa "fissure veins", "shear zone", "stock work", intrusi breksi atau pengisian pori-pori batuan tersebut, sangat dipengaruhi pola struktur yang dihasilkan oleh orogenesa Plio-Pleistosen tersebut. Manifestasi lapangan dari mineralisasi hidrotermal oleh daerah alterasi argilik atau propilik yang memberikan ciri fisik khas dan sangat berbeda dengan batuan yang tidak teralterasi. Di sekitar Ajibarang terdapat intrusi (dike) andesit kuarsa porfir memotong Formasi Halang di Desa Tameng. Umur intrusi tersebut diperkirakan 8,7 Ma atau Miosen Atas (Bellin et al, 1989). Di daerah penelitian, kegiatan magmatik post Formasi Halang dicerminkan juga oleh penyebaran vein dan alterasi hidrotermal terdapat di Desa Karang Alang, Gancang, Lumbir dan Karangpucung.
Bahan galian utama yang terdapat di wilayah ini terdiri dari: Emas, pendulangan emas sejak terjadinya krisis ekonomi hingga saat ini merupakan mata pencaharian sebagian masyarakat di sekitar aliran S. Larangan dan Kali Arus. Masyarakat dalam mencari emas ini melakukan dengan cara penggalian pada endapan aluvial tua yang kemudian dilakukan pendulangan. Di Desa Gancang (K. Arus), masyarakat setempat mengambil pasir yang mengandung emas dilakukan dengan cara pembuatan sumur hingga kedalaman 4
-5 m dan diteruskan dengan pembuatan terowongan-terowongan, dibantu dengan pompa air untuk mengeluarkan genangan air didalamnya. Bahan galian batugamping, yang keterdapatannya dapat dijumpai hampir disepanjang jalan dari Ajibarang menuju ke arah kota kecamatan Gumelar, saat ini sudah banyak diusahakan penambangannya. Batugamping hasil penggalian kemudian diangkut dengan menggunakan truk kemudian dilakukan pembakaran pada tungku pembakaran, selanjutnya setelah disiram dengan air dilakukan penggilingan menjadi serbuk-serbuk halus dan dimasukkan kedalam karung untuk dipasarkan. Bahan galian tanah liat/lempung, keterdapatannya terutama pada daerah alterasi argilik. Bahan galian ini terdapat di Desa Cihonje dan dipasarkan kedaerah-daerah sentra pembuatan gerabah/keramik. Selain untuk bahan pembuatan keramik, tanah liat dibagian permukaan oleh sebagian masyarakat dibuat semen merah dengan cara dibakar yang kemudian dilakukan penggilingan yang hasilnya berupa serbuk halus berwarna merah. Pasir dan kerikil, terdapat di sepanjang alur S. Tajum dan anak-anak sungai disekitarnya, penambangannya dilakukan secara tradisionil dan digunakan sebagai bahan bangunan. Bongkah-bongkah andesit/basal, yang tersebar disepanjang aliran-aliran sungai. Bongkahan-bongkahan tersebut dihancurkan dengan menggunakan mesin dijadikan batu split, digunakan sebagai bahan bangunan dan pondasi jalan. Bahan galian granodiorit/diorit yang terletak di desa Baseh, kecamatan Kedung Banteng. Dilokasi ini sudah terdapat pabrik yang dilengkapi dengan mesin pemotong batuan dan alat poles, dimana batuan granodiorit/diorit yang telah dipotong dengan ukuran-ukuran tertentu dipasarkan untuk dijadikan lantai atau ornamen bangunan.
PERTAMBANGAN SKALA KECIL
Jenis bahan galian di daerah Banyumas telah banyak diusahakan masyarakat dengan cara sederhana sebagai usaha keluarga ataupun industri pertambangan sekala kecil. Bahan galian yang diusahakan sebagian besar kategori golongan C ( kategori bahan galian bukan vital dan strategis).
Aspek Keprospekan Bahan Galian Emas
Daerah yang dianggap prospek bahan galian emas dijumpai di perbukitan Karang Alang, seluas 1,0 x 0,5 km2. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan daerah ini tersusun oleh batuan tufa, breksi dan diorit. Dari hasil pengamatan lapangan tipe cebakan emas berupa urat. Terdapat 5 lokasi singkapan urat kuarsa, berbentuk zona urat, di beberapa tempat cebakan berbentuk menjaring (stock work). Pada umumnya urat berarah relatif Timurlaut-Baratdaya, urat tersebut berkembang mengisi shear zone, yang terbentuk akibat adanya stuktur sesar utama yang berarah relatif Utara - Selatan. Ukuran zona urat bervariasi antara 0,5 – 1,5 m, dengan ukuran individu urat antara 5 – 20 cm. Minimal terdapat ada 3 zona urat yang berukuran cukup besar. Selanjutnya untuk mengetahui keprospekan di daerah ini apakah layak ditambang tentunya memerlukan penyelidikan lebih rinci.
Aspek lain tentang tata guna lahan, adalah bahwa lokasi keterdapatan cebakan emas berada di daerah pemukiman atau perkampungan yang cukup padat Desa Cihonje, Babakan dan Karang Alang. Dan daerah ini dilalui sarana jalan utama penghubung kecamatan Ajibarang dan Gumelar yang merupakan urat nadi ekonomi desa sehingga apabila daerah ini dikembangkan menjadi wilayah pertambangan emas walaupun bersekala kecil maka kondisi tersebut menjadi kendala yang harus diperhitungkan. Disamping karena kendala lokasi dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan, maka perlu dilakukan juga evaluasi aspek yang berkaitan dengan sosial-budaya yang kemungkinan timbul akibat adanya aktivitas pertambangan. Seperti misalnya; kebiasaan masyarakat setempat telah cukup lama akrab dan memilih menambang emas dengan cara menggali pasir dan mendulang di sungai dimana dampak terhadap lingkungan dirasakan relatif tidak mengkhawatirkan.
Bahan Galian Lainnya
Usaha pertambangan yang ada disini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat dalam kategori pertambangan rakyat atau dapat dikatakan sebagai pertambangan sekala kecil. Bentuk pengusahaan bahan galian di wilayah ini
meliputi kegiatan penambangan dan pengolahan bahkan sampai pemasaran. Adapun bahan galian yang diusahakan cukup beragam, seperti batugamping lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai batukapur, andesit dan diorit (batukali, batu gunung), pasir, lempung.
Batukapur
Menurut data Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi kabupaten Banyumas sumber daya batugamping di daerah Darmakradenan berjumlah 442.181.173 ton. Pengusahaan batukapur saat ini yang dilakukan oleh masyarakat yang dalam pengertian termasuk pertambangan sekala kecil banyak dijumpai di daerah Sawangan dan Darmakradenan kecamatan Ajibarang sebagai usaha pertambangan rakyat. Seperti pada umumnya pertambangan rakyat mulai dari penambangan dilakukan dengan cara sederhana yaitu penggalian secara manual menggunakan alat gali linggis, kemudian diangkut menggunakan truk ke tempat pengolahan atau tungku pembakaran yang berjarak sekitar 1 – 3 km. Menurut keterangan penduduk dengan adanya kegiatan penambangan batukapur disini sangat membantu perekonomian mereka terutama dalam penciptaan lapangan kerja.
Di daerah Darmakradenan terdapat tidak kurang dari 15 tempat penambangan dan pengolahan batukapur yang terletak di sisi kanan kiri jalan utama penghubung kecamatan Ajibarang dan Gumelar. Sekarang ini kegiatan penambangan dilakukan di lokasi sepanjang kurang lebih 8 km.
Sirtu
Sirtu atau pasir batu adalah batu kerikil untuk bahan baku batu split dan bahan pengerasan jalan atau bahan bangunan diambil dari sungai Tajum, Logawa, Krukut dan Banjaran. Sedangkan pabrik pengolahan atau Crushing Plant nya beberapa buah terletak di sepanjang jalan utama Wangon Ajibarang, tepatnya di sekitar desa Wlahar. Sumber daya keseluruhan diperkirakan lebih dari 5,8 juta ton.
Pasir
Pasir dan kerikil, terdapat di sepanjang Sungai Serayu, alur S. Tajum dan anak-anak sungai disekitarnya, penambangannya dilakukan secara tradisionil dan digunakan sebagai bahan bangunan.
Copy by Tofan > T.G>unsoed , fst 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger