Phane G-Ngaco

Minggu, 13 Juni 2010

Aspek penting dalam melakukan kegiatan geologi lapangan adalah melakukan pengmatan singkapan, kemudian merekan apa yang kita amati ke dalam buku catat

Aspek penting dalam melakukan kegiatan geologi lapangan adalah melakukan pengmatan singkapan, kemudian merekan apa yang kita amati ke dalam buku catatan lapangan secara lengkap, sistematis, dan informatif

PENGAMATAN SINGKAPAN
Pengamatan singkapan mempunyai sasaran yang yang cukup luas dan penting dalam lingkup kegiatan geologi lapangan, yaitu untuk mengetahui keadaan geologi suatu daerah atau wilayah, dimana hasil pengamatan dituangkan dalam:
Peta geologi
Penampang geologi
Menyusun laporan
Singkapan atau outcrop adalah bagian dari batuan dasar yang masih utuh (belum terubah oleh pelapukan) yang tersingkap, sebagai akibat adanya pengikisan oleh gaya – gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya. Oleh karena itu, singkapan biasanya tidak menerus, sehingga diperlukan suatu dasar – dasar geolgi agar dapat menghubungkan suatu singkapan dengan yang lainnya, sehingga akhirnya mneghasilkan suatu gambarn lengkap yang menyeluruh dan utuh mengenai keadaan geologi wilayah tersebut. Di daerah tropis seperti Indonesia, singkapan dapat jarang atau kurang, karena tertutup oleh:
Tanah pelapukan yang tebal
Hutan tropis yang lebat
Tanah garapan
Dan lain – lain
Diatas permukaan Bumi, tempat – tempat dimana singkapa bisa ditemuakan di:
Sungai ( terutama kelokan sungai), dimana pengikisan cukup intensif
Puncak bukit
Tempat – tempat dimana terdapat kegiatan manusia seperti; pembuatan bangunan, penggalian, dan lain sebagainya.
Karena sifat singkapan yang tidak menerus, maka dalam melakukan pengamatan harus dilakukan dengan teliti sehingga setiap gejala yang ada dapat teramati dan dimanfaatkan. Dengan begitu, maka akan lebih mudah untuk dapat menghubungkan geologi yang satu dengan yang lain.
Meskipun cara yang dilakukan oleh setiap pemeta berbeda dalam melakukan pemetaan terhadap singkapan, namun harus dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:
2.Apa yang kita amati (jenis batuan)
3.Bagaimana terbentuk (intrusif, ekstrusif, lingkungan pengandapan, mekanisme, fasies, dan sebagainya)
4.Kapan terbentuknya ( umur, hubungan struktur)
5.Dimana singkapan ditemui ( lokasi pada peta)
Disamping cara yang ditempuh oleh pemeta dapat berbeda juga kemampuan untuk mengamati juga dapat berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh:
Latar belakang geologi pengamat
Pengalaman pengamat
Ketelitian pengamat
Sikap yang perlu ditempuh dalam melakukan pengamatan singkapan antara lain:
1.Jelajahi daerah sekitar singkapan, cari yang paling segar.
2.Karena dalam melakkukan pengamatan membutuhkan ketelitian, sebaiknya letakkan dulu hal yang mengganggu. (tas ransel yangberat).
3.Mulailah dengan mengetahui jenis singkapan (jenis batuan), kemudian mengerah pada hal yang lebih detil.
4.Melakukan pengukuran yang perlu dan mengamatai keadaan batuan:
a.Untuk batuan sedimen, mengukur jurus dan kemiringan lapisan,arah arus purba ( bila ada).Hal perlu dilakukan untuk mengetahui arah sedimentasi batuan tersebut,mengukur ketebalan masing – masaing lapisan untuk mengetahui urutan vertikal,dan lain – lain.
b.Untuk batuan beku, penyebaran batuan (“outerop”) adalah pentingnya untuk memperkiran bentuk batuan beku dan macamnya (ekstrusif,intrusif) mencari batas kontak dengan batuan sekitarnya,bukti – bukti kontak ( kontak ada ),pengukuran struktur khusus pada batuan beku seperti struktural bantal,struktural aliran,perlapisan semu,dan juga unsur – unsur struktural geologi ( kalau ada) misalnya kekar – kekar.
c.Untuk batuan malihan (metamorf), perhatikan adanya foliasai,liniasi, dan lakukan pengukuran pada gejala tersebut.
5.Mencatat apa yang diamati dengan tenang sambil duduk. Lakukan tanpa tergesa – gesa, karena ini dapat menimbulkan adanya bagian – bagian yang terlewati.
6.Mengambil contoh batuan apabila dianggap perlu,membuat foto dan sketsa
7.Terakhir adalah menentukan likasi dimana pengamatan itu dilakaukan,dan
8.Mencantumkan di dalam peta

Urutuan – urutan yang perlu dilakukan pada pemerian singkapan :
1.Mencatat singkat mengenai lokasi dan keadaan geografi dari singkapan,umpamanya di kelokan sungai,dibukit,pinggir jalan kereta api, dan sebagainya.Hal ini sangat penting terutama untuk singkapan – singkapan yang menunjukkan data – data yang kritis, seperti adanya bukti ketidaklarasan,bukti – bukti besar, tempat terdapatnya fosil,atau gejala – gejala geologi yang mengandung sifat pembuktian, apalagi yang mempunyai nilai regional. Maksudnya adalah agar yang ingin mengutik – utiknya kembali data tersebut tidak terlalu susah untuk mememukan kembali singkapan tersebut.
2.Fakta – fakta mengenai singkapan: ini adalah sangat penting mengenai yang harus diamati dari suatu singkapan (lihat 3.1 ). Pada umumnya hal tersebut akan memuat pemerian yang lengkap tentang :
a.Keadaan singkapan :besar (luas)/kecilnya singkapan, derajat pelapukan (jika tidak segar) ;apakah “insitu” atau tidak masif,hancur pecah – pecah,shared,keadaan normal atau terbalik,dsb.
b.Susunan litologi : apakah terdiri dari satu jenis batuan atau lebih,dalam batuan sedimen atau metamorf; apakah selang seling antara dua batuan,sisipan atau litologi lain;dalam batuan beku,dilihat adanya dike/retas,inklusi – inklusi,xenolith, atau perubahan susunana meneral/tekstur,dsb.
c.Batas antara berbagai jenis litologi(jika ada), kemungkinan kontak instruksi,batas erosi, kontak patahan.Dalam hal batuan sedimen kontak antara lapisan dapat berangsur tajam,batas erosi,dsb selain itu urutan perlapisan/interkalasi ( menebal ke atas atau menipis ke atas) perlu dicatat.
d.Struktur primer batuan dari masing – masing litologi : dalam hal batuan beku,misalnya masif,ada penghalusan ke satu arah,adanya konsentrasi mineral tertentu,dsb. Dalam hal batuan metamorf,adanya sifat foliasi,gneissosity,apakah adanya perlapisan,apakah bergelombang terlihat dalam perlipatan kecil atyau tidak,dsb.Dalam hal batuan sedimen dibahas sifat berlapis,masif,berlapis tipis,laminasi,struktur sedimen seperti graded bedding,cross bedding,gelembur gelombang,dan sebagainya untuk setiap jenis litologi, dan jika mungkin dibahas dalam urutan profil.
e.Pamerian detail masing – masing litologi 9 susunan utama,sisipan interkalasi, xenolith, dsb).Pemerian lebih ditekankan pada hal – hal yang sifat menonjol daripada pemerian rutin (yang dapat dilakukan di base camp atau di laboratorium dari contoh),seperti misalnya glaukonitan,khas berbutir kasar,warna khas,khas porphiyrite,dsb.Pameran litologi lapangan ini dimaksudkan untuk pengenalan batuan sebagai satuan peta (map unit ).
f.Kandungan khusus dari batuan (jika ada) seperti kandungan fosil,mineralisasi,dsb.
g.Keadaan struktur tektonik dari singkapan : (diikuti pengukuran – pengukuran) apakah terganggu secara tektonik,joint,keadaan lapisan / foliasi,tegak,landai,terbalik,terlipat,lipatan minor ( ukur arah dan penujaman sumbu ),apakah jenis Z atau jenis S (dragfold) sesar,dsb.
3.Ketiga,usahakan untuk selalu membuat penafsiran lapangan (meskipun sifatnya sementara , umpamanya meliputi :
nama batuan ( klasifikasi lapangan )
lingkungan pembentuknya
Paling tidak,disarankan untuk memberikan sugesti,yang didasarkan pada hipotesa hipotesa (lihat bab 3.1 )
Bagian ketiga ini,tidak mutlak harus dilaksanakan,sebab kadang – kadang atau bahkan sering sekali karena datanya kurang,tidak satu kesimpulanpun dapat ditarik dari suatu singkapan.
4.Tiap hari selalu memulai dengan halaman baru,dengan mencantumkan :
Tanggal/hari :
Keadaan cuaca pada hari itu :
Daerah atau lintasan yang akan di tempuh :
Nama – nama pengamat dan pembantunya :
5. Untuk setiap pengamat diberikan nomor ( sesuai dengan nomor lokasi pengamatan ( LP) yang dicantumkan di dalam peta).Nomor – nomor losi pengamatan sebaiknya merupak nomor urut.
Cara penulisan sebaiknya singkat tetapi jelas,dan sebaiknya pula menggunakan singkatan – singkatan yang umum dipakai.

ARTI SUATU BUKU LAPANGAN
1.Buku lapangan dengan isinya merupakan dokumen yang sangat penting dan harus dilestarikan,dijaga,dan diamankan.Buku tersebut memuat semua hasil pengamatan,analisa, dan penafsiran sementara berdasarkan data lapangan, dan kadang – kadang juga pemecahan masalah lapanagn yang dilandasi oleh hipotensi – hipotensi, yang merupakan hasil kerja selama beberapa hari,minggu atau bahkan bulan,dan telah menyita waktu, tenaga dan pikiran, serta mungkin juga biaya yang sangat besar ( apabila pekerjaan penelitian itu melibatkan sejumlah tenaga seperti halnya suatu ekspedisi).Dapat dibayangkan apa yang terjadi apabila benda yang berharga itu kemudian hilang,rusak atau keadaanya sedemikian tidak terawat sehingga tidak dapat dibaca.
2.Buku lapangan bukan saja milik pribadi pemeta,tetapi milik instansi yang memberi pekerjaan dan juga ahli – ahli geologi lainnya yang mungkin berminat atau harus melanjutkan penelitian anda. Karena itu sebuah buku lapangan bukan saja harus mudah dibaca oleh pembuatnya tetapi juga orang lain,juga bahasanya harus mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan salah tafsir terhadap apa yang sudah dimuat.
Dengan demikian, dianjurkan untuk menulis dengan huruf cetak dan mempergunakan alat tulis yang tidak akan hilang atau luntur dimakan hari atau air ( tinta akan hilang terkena air).Untuk lebih memperjelas kata – kata, dianjurkan agar dilengkapi dengan sketsa sketsa pada halaman yang disediakan (lihat butir 3).
3.Bentuk dari buku lapangan dapat berbeda – beda tergantung dari selera instansi yang menggunakan.Tetapi,pada dasarnya mempunyai persamaan – persamaan umum, antara lain:
a.dibuat atau dilengkapai dengan bahan yang tahan terhadap kerusakan (butir 1)
b.terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu bagian kiri dipergunakan untuk membuat sketsa ( dengan pola garis tegak lurus seperti kertas mm), sedangkan bagian kanan bergaris biasa untuk menulis catatan.
c.Mempunyai tanda pengenal yang jelas,antara lain:
instansi atau badan yang menggunakan (ITB,Lembaga Geologi dan Pertambangan Nasional, Caltex,dsb.)
Nama pemeta
Hari dan tanggal pelaksanaan pekerjaan
Daerah dimana pekerjaan lapangan dilapangan
Dengan demikian apabila buku tersebur hilang, akan dapat dikembalikan kepada yang berhak.
Powered By Blogger